Gizi Buruk di Indonesia

 Nama : Ananda Kamilah Putri

NIM : 1022201034

FAKULTAS KESEHATAN 

PRODI S1 GIZI

UNIVERSITAS MH.THAMRIN



Masalah Gizi Buruk di Indonesia 

1. STUNTING  (bertumbuh pendek)

        Stunting disebabkan karena malnutrisi atau kekurangan gizi kronis dan penyakit berulang selama kanak-kanak. Anak yang mengalami pada kesehatan umum ditandai dengan tubuh yang lebih pendek dari anak kebanyakan seusianya . Tak hanya berdampak pada kesehatan fisik, stunting juga membatasi kemampuan kognitif anak secara permanen dan menyebabkan kerusakan yang lama.

2. WASTING  (bertumbuh kurus)

        Masalah kekurangan gizi lain di Indonesia adalah tingginya angka wasting pada anak-anak. Kondisi wasting ditandai dengan tubuh anak yang sangat kurus. Wasting adalah masalah kekurangan gizi akut yang disebabkan oleh penurunan berat badan secara drastis atau kegagalan dalam proses menaikkan berat badan. Anak-anak yang mengalami masalah gizi wasting atau pun kegemukan memiliki risiko kematian yang tinggi.

3. KASUS OBESITAS PADA ORANG DEWASA

        Tak hanya anak-anak, orang dewasa di Indonesia juga punya masalah gizi yakni kegemukan atau obesitas. Unicef menyebut angka kegemukan atau obesitas di Indonesia sudah naik hampir 2 kali lipat selama 15 tahun terakhir. Masalah gizi yang satu ini meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit berbahaya seperti diabetes dan juga penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke.


GEJALA GIZI BURUK PADA ANAK 

  • Penurunan berat badan yang tidak disengaja, kehilangan 5 persen hingga 10 persen atau lebih dari berat badan selama 3 sampai 6 bulan
  • Berat badan rendah
  • Kurangnya minat makan dan minum
  • Merasa lelah sepanjang waktu
  • Lemah dan lesu
  • Sering sakit dan butuh waktu lama untuk pulih
  • Pada anak-anak, tidak tumbuh atau tidak menambah berat badan pada tingkat yang diharapkan
PENYEBAB MASALAH GIZI BURUK DI INDONESIA
  • Pemberian makan yang terbatas dalam jumlah, kualitas dan variasi
  • Penyakit yang mungkin memiliki konsekuensi jangka panjang untuk pertumbuhan
  • Infeksi subklinis akibat dari paparan lingkungan yang terkontaminasi dan kebersihan yang buruk
STUNTING DI INDONESIA
        Melansir data Kemenkes RI pada tahun 2018, setidaknya 1 dari 3 balita di Indonesia mengalami stunting. Prevalensi masalah stunting di Indonesia berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2016 mencapai 27,5 persen. Berdasarkan standar WHO, angka prevalensi stunting di atas 20 persen tersebut sudah termasuk ke permasalahan yang kronis. Angka ini juga menempatkan Indonesia di posisi teratas angka stunting terparah di Asia tenggara. Negara tetangga kita yakni Malaysia, angka prevalensinya hanya 17,2 persen.

PENYEBAB STUNTING DI INDONESIA 
  • Kurangnya asupan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan anak. Yakni sejak dari kandungan sampai usia 24 bulan. Ini bisa dipengaruhi faktor edukasi ibu, ekonomi, serta sosial budaya.
  • Buruknya fasilitas sanitasi
  • Keterbatasan atau minimnya akses ke air bersih
  • Kebersihan lingkungan yang kurang terjaga. Kondisi lingkungan yang jorok bisa sebabkan tubuh harus bekerja lebih keras melawan sumber penyakit sehingga proses penyerapan gizi terhambat
BAHAYA STUNTING PADA ANAK 

1. Efek Jangka Pendek 
  • Risiko terserang penyakit meningkat, sehingga risiko kematian juga ikut meningkat
  • Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal
  • Peningkatan biaya kesehatan
2. Efek Jangka Panjang 
  • Pertumbuhan postur tubuh yang tidak optimal saat anak beranjak dewasa, mereka menjadi lebih pendek dari standar orang seusianya
  • Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya
  • Menurunnya kesehatan reproduksi
  • Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah
  • Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal
MENCEGAH TERJADINYA STUNDING 
  • Memastikan ibu yang hamil mendapat asupan nutrisi yang cukup
  • Mendorong para ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada anak minimal 6 bulan
  • Melanjutkan program ASI berbarengan dengan MPASI atau Makanan Pendamping ASI untuk memastikan anak mendapat nutrisi yang baik dan cukup
  • Ibu didorong untuk rutin memeriksakan anaknya ke Posyandu
  • Memastikan kebutuhan air bersih terpenuhi
  • Meningkatkan fasilitas sanitasi
  • Menjaga kebersihan lingkungan





                    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gizi Seimbang Pada Remaja